Senin, 31 Mei 2010

Catholic Religion is NOT My Choice*)

Anyone who knows me would know that since whenever they know, I have been Catholic. In my ID card is also included that my religion is Catholic. But, in fact in the history of my life, I never chose Catholicism as my religion. That fact, I was Catholic because I was baptized as an infant. Both my parents who decided that I should bear the name of a beautiful Santa and Catholics became my religion.

I often ask myself: what could happen? If I ask the Father or the experts in the course will be taken immediately following Bible verse: You did not choose Me, but I chose you (John 15:16). I've also received shipments of this sentence: God has already chosen your path even before you were born in the world (unfortunately, there forgot what part).

Before marriage, My father was a Muslim from a Muslim family. Similarly, my mother families (some Muslims and some Christians). They covered their own way of life, since they are born until adulthood. Until one day they come face to face to form a family. And through a long process they became Catholic. Not only are Catholics, they also became a teacher of Catholic religion lessons in school and be in the Church Catechism. Of course, it happened after a long road and winding. I myself could not believe when they hear his story. Unfortunately I'm not going to tell her story here ... because this post ... I'm the main role ;)

If so chronological, that I should believe that God himself who chose me. At first, God chose my parents, and then picked me. God had decided that I will present the world through a spouse and father (deceased) mother. There's nothing more worthy of doubt, right?

Then why am I still a Catholic adults up to now? There's no law that prohibits if I was interested, wanted to learn, then move to another religion, is not it? This is the point! Maybe because God has chosen me, it seemed there was no point for me to leave. It is possible that God has bound me in a way that I could not escape. Since childhood I was interested in all sorts of things Catholic flavorful. Sunday School with songs and stories exclaimed; roles in
Christmas theater - from minor roles to the highest role as Mother of Jesus (haha.. Sorry, this is only the pride of the past) also a joyful adolescence with all the activities of Catholic Youth (choir, camping, sport, or a simply gathering). Then I got a job teaching the kids to Sunday School for many years. All schools are taught from kindergarten to university is also a Catholic school with all its uniqueness.

Now as an adult my activities with fellow believers not intensively like first. But still, there has never been a speck of interest let alone the desire to leave my religion. Maybe in my journey, through millions of joy and sorrow, that the Catholic faith and grow stronger roots. I do not know it was just my analysis. Because I will not know since when and how I decided that I would still be a Catholic.

But that certainly ... of the many things in Catholicism, one of the most interesting thing for me is LOVE. Any good deeds if you do it without love, it means nothing. In fact very difficult to do. I still often bring relief with a selfless or do something to grumble. So for me it is amazing LOVE GOD through Jesus who was crucified to die really happened.

Despite the fact that being a Catholic is not easy. Especially in times in the highest difficulty in the life as human. Because often times the human side wants to reach all the happiness offered by this world. At that time, I always ask the help of Our Lady of prayer so that I could imitate Her faithfulness to Jesus, so that my faith in Jesus did not waver and irreplaceable by any earthly happiness.


Catholic indeed not the religion i choice, but become a Catholic is choice in my life. Because I believe God himself who has chosen me.


*) Translation of Katolik "Bukan" Agama Pilihanku

Minggu, 23 Mei 2010

Rosario: Mudah Membuatnya, Sulit Mendoakannya

Suatu hari di tahun 2009, aku belajar membuat untaian Rosario dari manik-manik plastik. Dengan banyak melihat dan menyimak ditambah sedikit instruksi dari "Suhuku", aku mulai mencoba membuatnya. Bahan-bahanya adalah: manik-manik (plastik, batu, kayu, atau apa pun yang sudah tersedia di pasaran) dan sepotong kawat alumunium tipis dan mudah dibentuk, serta bandul Salib dan lingkaran bergambar Bunda Maria atau Bunda Maria dan Yesus (yang juga tersedia di pasaran). Peralatannya adalah berbagai jenis obeng dan pemotong berukuran alumunium berukuran kecil yang mudah dipegang.

Dalam waktu beberapa jam aku sudah bisa menyelesaikan seluruh bagian manik-manik dalam rosario. Caranya mudah. Satu per satu kita buat kait perangkai dari alumunium pada setiap manik-manik. Alumunium dimasukkah ke dalam lubang manik-manik lalu dibengkokkan sedemikian rupa agar terikat kuat dan tidak lepas. Lalu manik-manik yang satu dirangkaikan dengan yang lain dengan cara menyambungnya dengan alumunium yang juga dibengkokkan sedemikian rupa. Rangkaian disesuaikan dengan jumlah doa rosario yang ada (dari awal hingga akhir). Sayangnya, waktu itu "Suhuku" belum memperbolehkan aku merangkaikannya menjadi satu kesatuan dengan bandul Salib dan Bunda Maria.

Meski kursusku belum tuntas, tapi aku sudah bisa menyimpulkan bahwa membuat manik-manik rosario itu gampang banget. Hanya perlu ketelatenan!

Namun, jika aku merenungkan dengan baik dan mengintrospeksi diri... aku harus jujur bahwa mendoakan Doa Rosario tidak segampang membuat rangkaian manik-maniknya. Mendoakan di sini dalam arti rutin dan berkesinambungan. Jangankan hari-hari biasa... dalam Bulan Rosario saja, sering kali aku tidak "tuntas" ber-Rosario" sebulan penuh. Ada saja alasannya... sudah ngantuk-lah, lupa-lah, atau alasan klise lainnya. Padahal (sekali waktu pernah kuhitung), untuk mendaraskan Doa Rosario aku hanya perlu meluangkan waktu sekitar 15 -20 menit. Jika dilengkapi dengan doa pendukung lainnya mungkin hanya 30 menit. Tidak ada 1/10 pun dari waktu 24 jam yang kumiliki.

Semoga Bulan Rosario kali ini menjadi waktu introspeksi bagiku, untuk menyediakan waktuku lebih banyak bagi Tuhan dan Bunda Maria yang sangat kuhormati.


Kamis, 20 Mei 2010

Katolik "bukan" Agama Pilihanku!

Siapapun yang mengenalku tentu tahu bahwa sejak kapanpun mereka kenal, aku telah beragama Katolik. Di KTP juga tercantum agamaku: Katolik. Namun, sesungguhnya dalam sejarah hidupku, aku tidak pernah memilih Katolik sebagai agamaku. Begitulah kenyataannya, aku beragama Katolik sebab aku dibaptis saat masih bayi. Ayah dan Alm. Ibukulah yang memutuskan bahwa aku harus menyandang nama indah seorang Santa dan Katolik menjadi agamaku.

Aku sendiri sering bertanya: bagaimana bisa terjadi? Jika aku bertanya pada Romo atau para ahli Kitab Suci tentu akan segera diambilkan ayat Alkitab berikut: Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu (Yoh. 15:16). Pernah pula aku mendapat kiriman kalimat ini: Tuhan sudah menentukan jalan hidupmu bahkan sebelum kamu dilahirkan di dunia (sayang, lupa ada di bagian mana).

Sebelum menikah, Ayahku seorang Muslim dari keluarga besar Muslim dan demikian pula keluarga (Almarhum) Ibuku (sebagian Muslim dan sebagian Kristen). Mereka menempuh jalan hidup masing-masing, sejak mereka dilahirkan hingga dewasa. Hingga suatu saat bertemulah mereka membentuk keluarga. Dan melalui sebuah proses panjang keduanya menjadi Katolik. Bukan hanya beragama Katolik saja, keduanya lalu menjadi guru pelajaran Agama Katolik di Sekolah dan menjadi Katekis di Gereja. Tentu saja, itu terjadi setelah melalui jalan panjang dan berliku-liku. Aku sendiri hampir tidak percaya bila mendengar kisahnya. Sayang aku tidak akan menceritakan kisahnya di sini… karena dalam tulisan ini akulah peran utama... ;)

Jika demikian kronologisnya, aku memang harus yakin bahwa Allah sendiri yang memilih aku. Mula-mula Allah memilih kedua orang tuaku, dan lalu memilihku. Allah sudah menentukan bahwa aku akan hadir di dunia melalui pasangan Ayah dan (Almarhum) Ibuku. Tak ada lagi yang patut kuragukan, bukan?

Lalu mengapa aku tetap beragama Katolik hingga dewasa kini? Tak ada Undang-Undang yang melarang jika aku tertarik, ingin mempelajari, lalu berpindah ke agama lain, bukan? Inilah pokok persoalannya! Mungkin karena Allah sudah memilihku, sepertinya tak ada celah bagiku untuk meninggalkanNya. Bisa jadi Allah telah mengikatku sedemikian rupa hingga aku tak bisa lepas. Sejak kecil aku sudah tertarik dengan segala macam hal beraroma Katolik. Sekolah Minggu dengan lagu-lagu dan cerita-cerita seru; peran-peran dalam teater Natal - dari peran kecil hingga peran tertinggi sebagai Ibu Yesus (haha.. maaf, ini hanya kebanggaan masa lalu); juga masa remajaku yang penuh kegembiraan dengan segala aktivitas khas Muda-mudi Katolik (paduan suara, camping, beracara ini itu, atau sekedar kumpul bersama). Lalu aku mendapat tugas mengajar adik-adik Sekolah Minggu hingga bertahun-tahun. Semua sekolah yang mendidikku dari TK hingga Perguruan Tinggi juga sekolah Katolik dengan segala kekhasannya.

Kini setelah dewasa kegiatanku bersama rekan-rekan seiman tidak seintens dahulu. Tapi tetap saja belum pernah ada setitik ketertarikan apalagi keinginan meninggalkan agamaku. Mungkin dalam perjalanan hidupku-melalui jutaan suka dan duka, iman Katolik itu tumbuh dan berakar semakin kuat. Entahlah itu hanya analisisku. Karena akupun tak tahu sejak kapan dan bagaimana aku memutuskan bahwa aku akan tetap menjadi seorang Katolik.

Namun yang pasti... dari sekian banyak hal dalam Katolik, satu hal yang paling menarik bagiku adalah KASIH. Perbuatan sebaik apapun jika kamu melakukannya tanpa Kasih, itu tidak ada artinya. Pada kenyatannya sangat sulit untuk dilakukan. Aku masih sering memberi pertolongan dengan suatu pamrih atau melakukan sesuatu dengan bersungut-sungut. Sehingga bagiku sangatlah mengagumkan KASIH ALLAH melalui Yesus yang rela mati disalibkan benar-benar terjadi.


Meskipun pada kenyataannya menjadi seorang Katolik itu tidaklah gampang. Terutama pada masa-masa berada pada kesulitan tertinggi dalam kehidupan manusiawiku. Karena sering kali sisi manusiawiku ingin meraih segala kebahagiaan yang ditawarkan oleh dunia ini. Saat itu, aku selalu memohon bantuan doa Bunda Maria agar aku mampu meneladan kesetiaan Beliau pada Yesus, agar Imanku akan Yesus tak goyah dan tak tergantikan oleh kebahagiaan duniawi apapun.


Katolik memang bukan agama pilihanku, tetapi menjadi “seorang Katolik” adalah pilihan hidupku. Karena aku yakin Allah sendiri yang telah memilihku.


Selasa, 18 Mei 2010

Orang Katolik Menyembah Maria?

Maria Ibu Yesus... dan sepengetahuanku, sebagian besar orang Katolik lebih suka menyapanya dengan "Bunda Maria". Sebagian besar dari mereka pun sangat dekat dengan Ibu yang satu ini. Topik tentang keakraban orang Katolik dengan Bunda Maria kadang kala menjadi bahan diskusi yang panjang jika beberapa Saudaraku dari Gereja Kristen bertanya. Meskipun hal itu belum seberapa. Karena jika bertemu beberapa Saudaraku Muslim, selain tentang Bunda Maria, kemungkinan aku juga harus menjelaskan tentang Tuhanku yang berjumlah tiga: Bapa, Putra dan Roh Kudus.

Kepada saudaraku Muslim biasanya akan kujelaskan seperti yang kupahami sebagai seorang katolik (yang notabene tidak memahami teologi secara mendalam). Bahwa Tuhanku satu namun memiliki 3 kepribadian, yaitu sebagai Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus. Lalu (entah benar atau salah) aku meng-analogikan-nya dengan seorang Ibu yang menjadi single parent bagi putranya. Meskipun si Ibu hanya satu dia dapat hadir dalam tiga kepribadian. Dia hadir sebagai pribadi seorang Ibu yang lembut dan keibuan, lalu di saat lain dia hadir menjadi seorang Ayah yang seorang pencari nafkah dan pemberi perlindungan, dan pada saat lain lagi dia akan hadir menjadi seorang teman/sahabat bagi anaknya. Lalu, bagaimana tentang kedekatan dengan Bunda Maria? Nah, tentang Bunda Maria kukatakan begini: kami menghormati Bunda Maria sebagai Ibu Yesus (Allah yang menjelma menjadi Putra Manusia). Karena melalui Bunda Maria-lah Allah hadir ke bumi sebagai manusia dalam diri Yesus. Kalau boleh dianalogikan secara manusiawi, seperti halnya kita menghormati ibu kita yang begitu besar pengorbanannya. Tapi tentu penghormatan bagi Bunda Maria melebihi itu semua. That's all! Jika mereka terus bertanya atau bahkan mendebat, akhirnya aku hanya akan menjawab: Itulah Imanku... dan Iman adalah Keyakinan yang tidak perlu diperdebatkan.

Karena memperdebatkan keyakinan dengan orang yang berbeda keyakinan lebih banyak menguras energi dan belum tentu melahirkan "nota kesepakatan". Tapi bagaimana jika Saudaraku Kristen yang memiliki dasar Alkitabiah yang sama dengan dengan Katolik mempertanyakan mengapa orang Katolik menyembah "Bunda Maria" - dengan Rosario-nya, dengan Bulan-bulan Rosario, serta segala macam Novena?

Ah bagaimana ini? Sebagai orang Katolik biasa aku harus bertanya sana sini, membuka buku ini itu, untuk menemukan jawaban yang tepat. Banyak penjelasan kutemui, termasuk kisah-kisah berabad-abad yang lalu, dasar-dasar alkitabiah, juga tentang history pengesahan doa Rosario oleh Paus Pius V (tahun 1569). Dalam perjalanan membaca ini itu, dan dari sekian banyak yang kutemukan, ada satu yang menarik dari sebuah buku yang sedang kubaca yang menyinggung tentang Bunda Maria sebagai hasil permenungan seorang Presbyterian. Begini katanya: Nampaknya orang Katolik memusatkan perhatian pada Maria seperti kami memusatkan perhatian pada Yesus. Ia adalah pribadi yang dapat dihampiri-engkau dapat berlindung di dalam jubahnya daripada langsung dengan Bapa dalam murka-Nya. Maria adalah pintu belakang yang lebar untuk mendapat kemurahan Allah, sedangkan Yesus tetaplah pintu depan yang sempit. (Rome Sweet Home, hlmn 130).

Dan ada lagi satu cerita lucu di dalamnya (yang mungkin kisah nyata):
Seorang tukang di Roma sedang memperbaiki langit-langit gereja. Saat berada di atas dia melihat seorang wanita datang memasuki gereja dan berdoa. Lalu si tukang itu mulai mengusili si wanita. Dengan lirih ia berseru "Ini Yesus". Tetapi wanita itu bergeming. Tukang itu kembali berseru dengan sedikit lebih keras: "Ini Yesus". Tetap tidak ada tanggapan. Akhirnya dengan lantang dia berseru: "Ini Yesus!". Wanita itu sekonyong-konyong mendongak ke atas dan berteriak, "Diam, aku sedang berbicara dengan IbuMu!"

Selamat Bulan Maria!


Minggu, 16 Mei 2010

Lahirnya Blog "My Catholic Side"

Salam Damai Kristus!

Pada hari ini "Hari Komunikasi Sedunia" ke-44 (16 Mei 2010) telah lahir sebuah blog baru. Setiap kelahiran selayaknya disambut dengan kebahagiaan dan biasanya diiringi oleh sebuah kisah. Karena setiap kelahiran memiliki kisahnya sendiri. Dan, beginilah kisah lahirnya blog "my catholic side":

Sebenarnya keinginan melahirkan blog ini sudah mengendap dalam benakku 1 tahun y.l. Namun hanya menjadi rencana dan mimpi. Aku tidak memiliki cukup keberanian untuk mewujudkannya. Mengapa harus punya “keberanian”, aku sendiri tidak tahu! Mungkin karena nama blognya bertitel "katolik" maka melalui tulisan-tulisan di dalamnya (nantinya) aku harus berani menunjukkan bahwa aku seorang katolik. Aku pun harus berani bersaksi sebagai seorang katolik. Ah tunggu… tunggu... setelah kupikir-pikir ternyata memang itu terlalu berlebihan!!! Itulah sebabnya blog ini tidak lahir tahun lalu. Blog ini lahir sebagai hasil permenungan yang tak terlalu panjang, bahkan cenderung instant.

Jadi apa ya yang akhirnya membuatkan berani melahirkan blog ini?

Mungkin blog ini hadir sebagai tonggak bagiku dalam menyikapi khotbah Romo di Hari Komunikasi Sedunia (hari ini) yang begitu menyentuhku. (Hmm!!) Yang kutangkap artinya demikian: kiranya sarana komunikasi (dalam hal ini media internet) dapat menjadi salah satu cara untuk menawarkan nilai-nilai religius dalam hidupku. Tak melulu hanya bersifat duniawi. Setidaknya, dari jutaan kata yang kubaca dan kutulis setiap hari ada lah... satu dua yang beraroma religius. Minimal untuk membantu tumbuh dan berkembangnya iman katolikku. Syukur-syukur bisa juga menjadi sarana komunikasi dan sharing dengan teman-teman seiman.

Ah, entahlah... tak ada target apapun! Justru mungkin karena tidak ada target itulah aku jadi berani... :) Ya, setidaknya melalui blog ini aku bisa "bebas" mengapresiasi atau berbagi pengalamanku sebagai seorang Katolik atau bahkan sekedar berbagi humor/pengalaman lucu. Aku bisa merefleksikan pengalaman imanku melalui tulisan-tulisan. Melalui blog ini aku juga berharap akan terhubung dengan berbagai tulisan-tulisan lain dan wilayah-wilayah lain (di dunia maya) yang dapat menjadi permenungan dan inspirasi batin bagiku. Syukur-syukur menyadarkanku bila aku "terjatuh", "terjatuh", dan "terjatuh" lagi.

Mengapa “my catholic side”?

Karena menurutku, kenyataan menunjukkan bahwa dunia sering kali memandang seorang pribadi dari sisi-sisi tertentu secara terpisah tanpa pernah mau menyatukannya. Bisa jadi ini hanya persepsiku yang salah. Tapi jika mau jujur ada kalanya kita memilih mengenal dan mengakrabi seseorang lebih dalam dari sisi yang kita sukai saja (yang notabene cocok dengan kita atau yang lebih tragis: menguntungkan bagi kita). Kita melihat seseorang tidak secara utuh namun cenderung side by side. Misalnya, temanku si “A” jika dilihat dari sisi IQ dia itu tergolong bodoh, tapi dari sisi kemanusiaan dia itu kaya dan royal (suka berbagi), dst, dst, … dst. Dan aku peduli padanya hanya karena dia kaya dan suka berbagi... tanpa mau tahu mungkin dia perlu teman untuk membuatnya keluar dari kebodohan. Oh sedihnya!

Namun, aku tak hendak mengatakan bahwa kekatolikan bagiku hanyalah sebuah sisi dalam diriku. Justru aku ingin dan berharap… kelak… meskipun banyak orang mengenalku dari sisi-sisi yang berbeda... (andai mereka semua dikumpulkan) mereka akan sepakat bahwa ada satu sisi dariku yang menjadi benang merah yang memegang peranan dalam pribadiku. Apalagi kalau bukan "sisi katolik" dalam diriku. Semoga melaluiku mereka mencium aroma, merasakan, dan mengAMINi Kasih Kristus! Semoga melalui semua yang kulakukan NamaNya semakin dimuliakan. Ah, masih sangat panjang jalan menuju ke sana. Semoga saja ini tidak berlebihan… ;)

Terima kasih atas kunjungan dan apresiasinya.

Jesus Bless You!